Mencari Sosok Pemimpin Yang Peduli Generasi Bukan Diri Sendiri

    PEMIMPIN adalah orang yang memimpin atau orang yang membimbing dan menuntun sekelompok masyarakat tertentu untuk menuju arah yang lebih baik dan lebih berkembang. Lalu bagaimana sosok seorang pemimpin di daerah kita (Kotim) ini? Sudahkah mereka memimpin dengan baik? Sudahkah menjalankan apa yang menjadi amanahnya?

    Seorang pemimpin harus memutuskan suatu masalah secara objektif bukan subjektif agar tercipta kepemerintahan yang adil. Selanjutnya berintelektual yang baik, pemimpin harus memiliki pribadi dengan kecakapan dan kelebihan, maka dalam sosoknya dibutuhkan kecerdasan dan wawasan yang luas. 

    Dengan hal itu, seorang pemimpin akan memiliki wibawa di mata masyarakat, sehingga pemimpin dapat dengan  mudah memengaruhi dan menciptakan kekuatan dalam dirinya.

    Pertanyaannya sudahkah hal tersebut dimiliki oleh pimpinan kita saat ini. 

    Jika secara kasat mata sangat jelas terjadi banyak perubahan, terutama daerah yang menjadi ibu kota kabupaten. Banyaknya kemegahan yang terlihat di setiap jalan, banyaknya bangunan yang melambangkan kemajuan, banyaknya objek wisata yang dibangun dan dikelola untuk menarik perhatian wisata asing terhadap daerah. 

    Namun sudah cukupkah itu semua, yaitu memfokuskan untuk membangun sumber daya selain manusia menjadi hal yang lebih utama dibandingkan membangun manusianya itu sendiri.

    Bukan rahasia lagi bagi para pemuda-pemudi di daerah, bagaimana perhatian pemerintah untuk para generasi yang kian kali membawa nama harum kabupaten bahkan ada yang sampai manca negara selalu mendapatkan janji-janji yang tak jelas. 

    Bahkan para pemuda-pemudi kabupaten yang memiliki potensi besar melejitkan daerah sudah terbiasa dengan janji-janji. Walau demikian penulis yakin masih ada saja yang bekerja keras meraih prestasi walau sudah tau pasti tidak akan di fasilitasi secara optimal oleh pemerintah. Memberikan seoptimalnya tanpa apresiasi optimal sudah biasa dirasakan bagi pemuda-pemudi di kabupaten. 

    Yang menjadi masalah besar adalah runtuhnya semangat para intelektual muda dalam memberikan konstribusi kepada daerah. 

    Ketika para mahasiswa menuntut haknya untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi sebagaimana tentunya menjadi salah satu visi misi utama bagi pimpinan daerah, yang dilakukan pemerintah adalah menuntut balik mahasiswa dengan meminta jaminan bahwa jika ditunaikan sudah hak para mahasiswa, mahasiswa mampu memberikan kontribusi kepada daerah. 

    Namun benarkah hal itu? atau hanya sekedar janji seperti yang sudah-sudah. 

    Tak salah jika hanya menyemai janji-janji belaka, semangat pemuda-pemudi kotim menjadi surut, potensi-potensi yang besar para kaum intelektual muda kotim semakin sulit tersalurkan dengan baik. Tak heran pula banyak generasi penerus bangsa yang seharusnya memiliki hak tertinggi atas daerahnya malah bekerja untuk orang lain(perusahaan asing) yang tidak ada sangkut pautnya untuk kemajuan kabupaten, yang ada malah hanya memberikan kesan negatif, berstatus tenaga kerja rendahan di tempat kelahiran sendiri, dan bagi mereka yang memiliki semangat pantang menyerah ditambah lagi memiliki kemampuan yang menjanjikan bagi daerah maupun negara lain, justru pergi dan membantu pembangunan ditempat lain, karna lebih menjanjikan dan lebih diberi apresiasi penuh. 

    Tentu semua orang menginginkan ini, namun keadaaan sudah menjadi faktor biasa seseorang menyesatkan dirinya dari keinginan awal mereka. Sangat disayangkan, jika semangat generasi ini terus-menerus terbungkus padahal memiliki potensi yang luar biasa jika segala aspek sumber daya manusianya didukung penuh oleh pemerintah sebagaimana kewajiban yang seharusnya ditunaikan. 

    Permukaan yang baik tidak menjamin didalamnya memiliki segudang hal yang baik pula, bangunan yang indah, megah tidak menjamin bahwa akan kokoh dalam waktu yang lama, begitu pulalah gambaran yang terjadi di kota yang sekarang penuh dengan bangunan mewah milik investor asing (selain daerah), serta miliki bundaran banyak untuk ciri khas daerah.

    Oleh karena itu mengutamakan pembangunan manusia lebih penting dari pada hal lain, karna penataan daerah yang baik tidak terwujud jika manusianya tidak berkompetensi baik. Sebagai penutu opini, mari kita renungkan bersama-sama tentang sebuah kalimat yang penulis buat ini. “Kehidupan pemerintah akan sangat melelahkan, sia-sia dan menjemukan bila hanya menguras pikiran untuk mengurus bungkusnya saja dan mengabaikan ISI-nya. Maka bedakanlah apa itu “BUNGKUS” –nya dan apa itu “ISI”-nya. Jabatan itu bungkusnya, maka pengabdian dan pelayanan itu isinya. Kemajuan daerah itu bungkusnya, maka generasi muda itu isinya. Utamakanlah isinya, namun rawatlah bungkusnya”.

    NGODITHYA SALVINA

    (Anggota Hima Kotim Palangka Raya)