​SRI RAHAYU : Tidak Mudah Menjadi Seorang Guru

    TERLAHIR dari keluarga yang kurang mampu, tidak mematahkan semangat Sri Rahayu untuk menggapai impiannya untuk menjadi seorang Guru.

    “Saya terlahir dari keluarga yang bisa dikatakan tingkat ekonomi ke bawah. ayah saya hanya seorang petani dan tukang bangunan, ibu saya hanya seorang ibu rumah tangga (IRT). Tapi justru itulah yang memotivasi saya untuk bisa meningkatkan keadaan ekonomi keluarga saya,” ungkap Sri saat diwawancarai beritasampit, Senin (20/2/2017)

    Sejak duduk dibangku sekolah dasar hingga Kuliah, Sri selalu berusaha keras untuk meraih prestasi agar mendapatkan beasiswa untuk membiayai pendidikannya. Berbagai macam perjuangan ia lalui untuk menuntaskan pendidikannya tersebut.

    “Ketika sekolah SD saya naik perahu untuk menyeberangi sungai agar bisa bersekolah, bahkan waktu SMA saya bersepeda dgn memakan waktu 30 menit baru sampai ke sekolah,” ungkapnya.

    Sri merupakan sarjana pendidikan Bahasa Inggris lulusan IAIN Palangkaraya tahun 2010 dan sekarang aktif diorganisasi HIMPAUDI, IGTKI. Sri juga sebagai pengelola Library Supporter Community dan Library English Club di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kapuas.

    Sedangkan di IPEMI, dia menjabat sebagai ketua bidang pengembangan UKM dan pemanfaatan IT. Dalam keseharian, Sri bekerja sebagai Guru TK dan Tutor Bahasa Inggris. Dia juga sering menjadi Narasumber diberbagai kegiatan.

    “Saya sebagai pemateri rutin di Kelas Motivasi pada Program Prestasi Academy di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kapuas. Selain itu, juga pernah menjadi pemateri Alumni Berprestasi dan Menginspirasi nov 2016 pada Even Edu Preneur Expo di IAIN palangkaraya,” tambahnya.

    Sri memiliki Lembaga Kursus dan Sekolah sendiri, walaupun begitu dia tetap meluangkan waktunya sebagai guru privat kerumah-rumah.

    “Bagi saya menjadi guru tidak hanya sekedar profesi tetapi merupakan ladang ibadah yang akan menjadi amal jariyah, selama saya masih punya waktu, maka saya dengan senang hati mengajar langsug siswa saya walaupun saya merekrut beberapa tenaga pengajar di lembaga kursus dan sekolah saya,” pungkasnya.

    Pada Mei 2016, Sri sempat mengikuti lomba menulis karya nyata inovasi pembelajaran dengan tema Gerakan Nasional Pembelajaran Aku Anak Jujur (GERNAS MANJUR). Dengan melewati beberapa seleksi dari tingkat Kabupaten, Provinsi hingga Nasional. Dengan membawa nama Kalteng Sri berhasil menorehkan penghargaan sebagai karya terbaik ditingkat Nasional.

    “Karya saya masuk sebagai pemenang terbaik tingkat Nasional membawa nama kalteng kemudian penyerahan penghargaan pada tanggal 30-31 Agustus di Ecovantion Ancol Jakarta, pada penyerahan penghargaan tersebut saya didampingi oleh bunda Paud Kabupaten Kapuas ibu Ary Egahny Ben Bahat, SH. karya nyata tersebut berjudul DOMAIN (Dongeng, Musik, dan Permainan). Pada karya nyata tersebut saya mengangkat permainan tradisional utuk menanamkan nilai kejujuran pada anak usia dini,” jelasnya.

    Pada september 2016, Sri juga pernah mengikuti Lomba Impact Story dengan kategori tulisan dalam bentuk esai pada Event Festival Cerita 2016. Esainya yang berjudul Pesona Inspirasi Perpustakaan berhasil menjadi terbaik 3 ditingkat Nasional.

    Esai tersebut dijadikan x-banner pada Event Peer Learning Meeting di Makasar dan Jakarta dan Penghargaan tersebut berhasil membawa nama Kabupaten Kapuas terutama Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kapuas ketingkat Nasional.
    Sri mengungkapkan, berbagai prestasi yang diraihnya tidak lepas dari orang-orang yang ada disekitarnya dalam memberikan semangat dan dukungan atas apa yang dilakukkannya.

    “Yang pastinya kedua orang tua saya, nenek, mertua, suami, adik-adik saya, dan putri saya,” ungkapnya. Sri mempunyai seorang putri yang bernama Naima Putri, putrinya tersebut mempunyai passion yang tinggi di dunia modelling. sudah beberapa kali Putrinya memenangkan lomba, bahkan sempat ikut audisi lomba ke tingkat Nasional.

    Namun putrinya tersebut belum bisa mengikuti lomba ditigkat Nasional karena terkendala biaya. “Bagi saya menjadi seorang ibu, tentunya anak adalah prioritas. oleh karena itu saya tidak bekerja diinstansi karena pastinya akan terikat waktu. itulah motivasi saya untuk mendirikan lembaga kursus dan sekolah sendiri karena dengan begitu kita bisa mengatur waktu dan bisa membuka lapangan kerja untuk orang lain,” pungkasnya.

    Moto hidup sri adalah life isn’t a coincidance, it reflects on you (kehidupan bukanlah suatu kebetulan, kehidupan itu tercermin pada dirimu).

    “Pesan saya karena hobby saya membaca dan menulis ” library is a window of knowledge and information, those who come can open it” ( perpustakaan adalah jendela ilmu pengetahuan dn informasi, siapa pun yang datang dapat membukanya) intinya rajin-rajinlah membaca agar wawasan bertambah dan jadikan membaca sebagai salah satu cara kita dalam menjalani kehidupan karena sukses itu salah satunya ditentukan oleh cara kita dalam mnjalani kehidupan,” pesannya. (hd/beritasampit.co.id)