Kubah Ujung Pandaran Dijaga Empat Generasi, Begini Kisahnya

    SAMPIT-Menjaga makam, khususnya makam keramat, bukan pekerjaan yang mudah, karena dibutuhkan keuletan dan kesabaran dalam menjalankannya. Namun berbeda dengan yang dilakukan oleh Aspar (72) salah seorang warga Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit ini yang dengan ikhlas membaktikan diri menjalankan tugasnya sebagai penjaga makam, Al Alimul Allaamah Syeh Haji Abu Hamid Bin Al Alimul Allaamah Mufti Syeh Haji Muhammad As’at (Buyut Datuk Kalampaian).
    Di usianya yang senja, setiap harinya Aspar menghabiskan waktunya merawat dan menjaga kebersihan pada sekitaran kawasan kubah. Baginya, pekerjaan ini merupakan berkah, karena bisa merawat makam salah satu tokoh agama keturunan dari ulama tersohor dari Kalimantan Selatan tersebut.
    Untuk menuju lokasi kubah, setiap pagi Aspar harus rela berjalan kaki sejauh 2 kilometer dari tempat tinggalnya yang berada di Desa Ujung Pandaran. Semua dilakukannya dengan tulus, guna menjaga situs keramat satu-satunya yang ada di Kecamatan Teluk Sampit itu.
    “Menjaga makam di kubah ini sudah kami lakukan turun-temurun, dari kakek buyut, ayah, saudara dan terakhir saya. Kami ikhlas menjalankannya, meski jadi penjaga makam ini tidak ada digaji,” jelasnya.
    Baginya masalah rezeki itu nomer dua, yang terpenting bagaimana makam yang dijaga oleh keluarganya turun temurun itu bisa terawat. Berkat ketulusannya menjalankan tugas sebagai penjaga makam, setiap harinya ada saja rezeki yang diterimanya dari para wisatawan yang berziarah kemakan tersebut.
    “Kadang-kadang ada, bisa juga tidak, saya ikhlas melakukan tugas ini. Biasanya pada hari libur seperti Sabtu dan Minggu, makam ini ramai dikunungi peziarah, dari merekalah saya bisa mendapatkan berkah, dari uluran tangan para peziarah itu saya bisa menyambung kebutuhan hidup,” paparnya.
    Keuletan dan kegigihan Aspar sebagai penjaga kubah, sudah selayaknya menjadi perhatian Pemerintah Daerah. Bagaimanapun Aspar sangat berperan besar menjaga kelestarian kubah. Sebab bagaimanapun makam tersebut merupakan kawasan satu-satunya yang religius, yang pastinya menambah daya tarik ke elaokan pantai ujung pandaran, seperti keinginkan Pemkab sendiri menjadi kawasan wisata religius.
    Sementara itu sekedar diketahui, Makam Syeh Haji Abu Hamid yang akrab dipanggil Masyarakat Kotawaringin Timur Kubah Keramat, merupakan makam yang kini kelestariannya menjadi perhatian oleh Pemerintah Kabupaten Kotim. Dimana untuk memberi kenyamanan para peziarah, pemerintah telah membangun lokasi makam lebih megah ditambah juga sejumlah fasilitas bangunan lainnya.
    Untuk mencapai lokasi kubah yang berada sekitar dua kilometer dari Desa Ujung Pandaran ini bisa dilakukan melalui dua alternatif, yakni melewati jalan darat di saat air laut surut, dan bisa juga menggunakan perahu.
    Melihat animo masyarakat yang cukup tinggi mengunjungi makam tersebut, sebab bukan hanya wisatawan lokal baik itu dari Kalimantan, namun juga dari Pulau Jawa, khususnya pada hari libur seperti Sabtu dan Minggu, Pemerintah Daerah pun berupaya melakukan pembenahan terutama infrastruktur jalan menuju kubah tersebut. (bro/beritasampit.com)